Sunday, March 27, 2011

Sepucuk Surat

Kepada kamu yang terindah,
Hallo, bagaimana kabarmu? Semoga Tuhan selalu mendekapmu erat dalam pelukan-Nya.
Bagaimana hidupmu? Kisahmu yang baru? Serta keluargamu?
Semoga semua itu berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya.

Oya, aku turut berbahagia. Bukankah kamu yang menyuruhku demikian?
Tidakkah kamu lihat aku tersenyum dan tertawa di seberang?
:)
Aku senang melihatmu bahagia. Aku turut bahagia.
Aku senang karena hingga hari ini aku masih bisa melihatmu, meski hanya dari kejauhan.
Aku senang karena kau masih terus hadir dalam mimpiku, dalam rinduku yang bahkan membisikkannya pun aku tak mampu.

Haha.. Sedih bukan aku bahkan belum sempat mengutarakan semuanya kepadamu.
Kau dan aku, bukan dalam dimensi yang sama lagi. Seakan aku merupakan garis yang tidak sedikitpun dapat bersinggungan dengan salah satu rusukmu. Kau tidak mengizinkanku untuk menembus dimensi hidupmu lagi.
Tak sadarkah kau aku selalu mencari rumus dimana agar aku bisa.. Menembus dimensimu?
Namun Tuhan belum mengizinkanku.

Bagaimana, bintangku? Apakah kau masih terus bersinar pada poros itu?
Ya, dibagian langit yang itu. Namun langit tampaknya sedang kelabu, hingga sulit bagiku tuk menembus awan dan mencari dimana sinarmu berada.
Tapi aku tahu, cahayamu takkan redup. Kau bintang yang selalu hidup.
Takkan tumbuh menjadi supernova, redup bagai sebuah pulsar ataupun mati dan berakhir menjadi lubang hitam.
Kamu takkan sirna. Karena kamu merupakan yang paling terang yang selalu hidup dalam hati ini.

Jujur, aku rindu mendengar tawamu.
Aku rindu dengan semua ceritamu, aku rindu menyaksikan punggungmu,
Aku rindu menerobos hujan itu bersamamu.
Ahh, kata-katapun takkan pernah cukup untuk menyebutkan semua kenangan itu.
Kenangan. Ya, memori-memori yang terus bernafas dalam setiap detik yang kulalui. Sendiri.

Aku hanya punya ini, cinta, do'a, sabar, janji, dan dedikasi.
Lima yang akan mendampingi. Lima yang nyata.
Lima yang merupakan akar dari dua puluh lima itu.
Lima yang akan selalu kupegang dan takkan pernah kutinggalkan.

Cinta, apa itu. Akupun tak tahu. Alasan aku mencintaimu pun aku tak tahu. Alasan aku masih menunggumu pun aku tak mengerti. Namun yang kutahu, hati yang telah memilih. Bukan salah satu dari panca-indera yang kumiliki. Hati. Sesuatu yang tak berwujud namun nyata adanya.
Ya, dia yang memilihmu. Dan karena cinta bisa tumbuh walau tanpa sesuatu yang terikat.
Do'a, satu hal yang pasti yang akan selalu kutitipkan kepada Tuhan, agar kau selalu ada dalam dekap-Nya. Karena Ia yang selalu akan berada didekatmu.
Sabar, apa kesabaran? Aku tak mengerti. Namun kesabaran tidak memiliki batas, andai kau tahu. Aku bersabar untuk segala hal yang telah terjadi. Aku yakin suatu hari nanti, ya aku tidak tahu kapan hari itu datang. Kesabaran ini akan menjadi sesuatu hal yang bernilai :) Aku akan sabar untukmu.
Janji, sesuatu yang mebuatku mengikatmu. Sesuatu yang harus kutepati. Sesuatu yang harus kupertanggung jawabkan. Kau tentu ingat semua janji-janji itu. Meski kau mungkin sedikit perlu diingatkan. Hanya Tuhan yang mampu membangunkanmu..
Dedikasi, totalitas sebuah loyalitas. Kau pasti mengerti. Aku begini karena dedikasi tinggi-lah yang ingin kuberikan untukmu. Hanya dirimu dan akan selalu setia disini untukmu.

Jaga dirimu, jaga keluargamu.
Walau ku jauh darimu,
Perasaan ini dan do'aku tak akan pernah ku lupa untuk menujukannya pada satu nama,
Ya, hanya namamu.

Aku akan disini, menunggumu.
Tak peduli jika harus ku lewati El Nino dan La Nina sekalipun,
Atau badai yang menerpa perahuku,
Atau apapun itu.. Aku akan setia menunggu.

Namun, jika sang waktu tidak sejalan denganku.
Dimana jam pasir itu habis sebelum ku utarakan semua hal ini kepadamu,
Hanya satu yang perlu kau tahu,
Aku mencintaimu...

2 comments: