Friday, December 30, 2011

Sebuah Pengakhiran

Sebuah pengakhiran.
Bagai senja yang menutup hari,
Mungkin pengakhiran ini hanya sekejap.
Menyapamu, untuk kemudian pergi.

Saya hanya ingin berbagi sebuah kisah hidup saya.
Tentang... Menulis.

Jujur saja,
Butuh keberanian besar untuk saya kembali kesini.
Dan saya pernah berkata,
"Menulis. Betapa rindu, betapa butuh, betapa saya tahu saya tidak boleh kembali kesana."
Saya menulis bukan untuk ajang pamer, atau unjuk bakat mungkin.
Sekali lagi,
Saya menulis karena hanya dengan ini hati saya mampu berbicara.
Mungkin ini sebuah pengakhiran saya menulis disini.
Saya trauma, jujur saja.

Dan satu hal lagi,
Sebuah percakapan singkat antara saya dan diri saya. Dengan kata hati saya, mungkin.

"Saya merasa saya bukan apa-apa, bukan pula bagian dari dunia ini. Seakan apa yang saya lakukan hanya berujung tidak lebih dari tiada."


"Tidak, masih ada yang bisa kamu lakukan, masih ada hal yang mampu kamu lakukan. Ada cara bersedih, menangis, kecewa, bahagia, tertawa yang lebih baik. Puisi. Kembali kesana, bukankah itu yang kamu bilang satu-satunya cara hati berkomunikasi?"


"Lantas apa? Jika puisi hanya lautan huruf dan tanda baca. Lantas apa jika menulis puisi hanya berujung sakit? Lantas apa jika menulis puisi hanya dipandang negatif? Lantas apa jika saya menulis puisi jika hanya dianggap salah? Bukankah puisi itu lahir dan kata-kata itu menetas, menetes dan kemudian mengalir dari hati saya? Bukankah saya juga memiliki hak untuk sekedar bersuara? Bukankah saya juga masih hidup? Bukankah saya juga boleh menulis Bukankah ini saya yang memiliki diri saya dan hidup saya? Sungguh, saya menulis dan berpuisi karena inilah sisi lain saya... Bukan untuk berkompetisi atau apapun."


"Menulislah. Apa yang kamu rasakan, tulis. Apa yang kamu alami, tulis. Tapi mungkin ada tempat yang memang lebih baik untuk menyimpan tulisanmu. Jangan berhenti menulis, Nadya. Karena dengan menulis akan menjadikan suatu bukti, sebuah saksi bahwa kamu pernah ada di dunia, bahwa kamu pernah nyata, bahwa hidupmu pernah ada, bahwa kisahmu memang pernah bernafas di dunia... Ketika kamu meninggalkan dunia ini kelak. Tulis semuanya suarakan semua hal yang bisu. Hidupkan kisah yang mati. Nyalakan sinar yang padam. Hanya dengan menulis... Menulis bagimu merupakan kontribusimu dalam hidup, sebuah dedikasimu kepada dirimu dan hidupmu. Jangan pernah berhenti menulis, Nadya."


Terimakasih, Raindropstales.
Untuk segalanya. Ya, untuk segalanya.
Dan kamu, akan tetap menjadi bagian dariku.
Karena kamu menyimpan sebagian bukti bahwa, aku ada.




Semoga ini memperjelas keadaan.
Maaf untuk Anda.
Tapi satu, saya tidak ingin ikut campur apapun tentang hidup Anda.
Dan tolong, jangan pinta saya untuk berhenti menulis.
Betapa Anda sudah membuat saya trauma.... Akan menulis.
Dari hati, sebagai sesama yang mempunyai hati.
Maaf&Terimakasih.

1 comment:

  1. kenapa harus berhenti nulis, jika kamu menyukainya, jika itu membuatmu lega.
    ayooo semangat ah !! hehe

    ReplyDelete