Tidak pernah menatap kepada langit yang sama,
Kita tidak pernah bisa memiliki langit yang sama seperti kemarin,
Dan tak mampu 'tuk melukiskan warna yang sama pada langit itu.
Mungkin ketika mentari sedang bersinar pada langitmu,
Namun disaat itu kelabu yang sedang menetap di langitku,
Mungkin itu jingga, dan bisa saja itu nila dalam senjamu.. Aku tak pernah tau,
Atau mungkin saja langit milikmu dan milikku bermuara pada satu tepian yang sama.
Aku mengharap dalam diam,
Jika saja aku dapat mengejar tepi langit itu,
Jika hanya disana aku dapat memiliki langit yang satu denganmu,
Jika hanya disanalah aku dapat menatap langit yang sama seperti milikmu.
Lagi.. Hujan membangunkanku dalam bisuku,
Ketika hati menyebut satu rindu yang hanya milikmu,
Ketika memori memutar semua bayangmu,
Ketika anganku terbang bebas berusaha menggapaimu.
Biru.. Yang kucoba lukiskan dalam kelabu itu,
Berharap aku dapat memiliki mentari walau badai menerpa langitku,
Berharap aku dapat melihat warna pelangi dalam langit malamku,
Dan berharap aku dapat melukiskan sedikit senja dalam gelapku.
Aku disini, hanya bersama bayangku.
Bersama semua saksi bisu atas semua memori,
Bersama suara-suara rindu di hati,
Bersama dengan asaku tentangmu.
Dalam senja, adakah dapat kulihat siluetmu?
Walau tak boleh ego mengingini tuk dapat melihat rupamu,
Setidaknya izinkanku tuk hanya melihat garis yang membentuk siluetmu,
Dan walau langit senja itu hanya barang sekejap tuk ku rasa.
Izinkan langkahku berjalan menuju tepi langit itu,
Jika hanya disanalah tiada batas yang memisahkan langitmu dan langitku..
Puisinya rancu, yang ngerti maksudnya gue doang kali ya-,-
*Masih tentangmu, dalam rindu, dalam bisuku*
No comments:
Post a Comment